TIMES SEMARANG, SEMARANG – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) masih mengkaji wacana penerapan sekolah enam hari dalam sepekan bagi jenjang SMA/SMK.
Pembahasan ini dilakukan secara menyeluruh dengan melibatkan perguruan tinggi, pakar pendidikan, dan Dewan Pendidikan Jawa Tengah.
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin, menjelaskan bahwa kajian tersebut digelar sebagai respons atas ramainya diskusi publik mengenai kemungkinan perubahan jumlah hari sekolah.
“Kami menanggapi dinamika yang berkembang di masyarakat maupun di media sosial, apakah Jateng akan tetap menerapkan lima hari atau kembali ke enam hari sekolah,” ujarnya usai memimpin Rapat Evaluasi Jumlah Hari Sekolah per Minggu di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Senin (24/11/2025).
Menurutnya, masukan dari berbagai pihak penting untuk melihat dampak kebijakan ini dari beragam sudut. Hasil kajian nantinya menjadi dasar dalam menentukan arah kebijakan pendidikan di Jawa Tengah.
Taj Yasin mengungkapkan, dorongan untuk mengembalikan sistem sekolah enam hari bukan hal baru. Aspirasi tersebut banyak datang dari masyarakat di daerah yang khawatir terhadap meningkatnya ketergantungan pelajar pada gawai.
“Selama di sekolah, siswa dianjurkan membatasi penggunaan gawai. Karena itu, evaluasi kembali dilakukan tahun ini,” katanya.
Hingga kini, Pemprov Jateng belum memutuskan format terbaik terkait jumlah hari sekolah. Dua opsi masih terbuka, yakni penerapan serentak di seluruh wilayah atau uji coba terlebih dahulu di sejumlah daerah.
“Keputusan final akan menunggu hasil kajian,” tegas Taj Yasin.
Selain soal durasi hari sekolah, rapat juga membahas penyesuaian kurikulum, pemenuhan jam belajar, serta konsekuensi pada jam kerja guru. Inspektorat dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) turut dilibatkan untuk menilai dampak kebijakan terhadap aspek kepegawaian. (*)
| Pewarta | : Bambang H Irwanto |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |