TIMES SEMARANG, JAKARTA – Empat mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tunisia berhasil menorehkan prestasi internasional.
Mereka dipercaya menjadi duta muda dalam ajang diplomasi bergengsi The 2nd Edition of the African Diplomatic League (ADL) yang digelar di Hotel Golden Tulip El-Mechtel, Tunis, pada 16–19 Oktober 2025.
Konferensi internasional ini mengangkat tema 'Climate Change: Impacts, Challenges, Policies, and International Agreements' dengan fokus pada kontribusi global menghadapi perubahan iklim. Ratusan delegasi muda dari berbagai negara hadir untuk membangun jejaring dan memperluas wawasan diplomasi internasional.
Empat mahasiswa Indonesia yang terpilih adalah Robith Marzuban, Keysa Amalia Rizqina, Aditya Nur Maulana, dan Hakiki Delviano Avianto.
Mereka berasal dari berbagai universitas di Tunisia. Tak sekadar hadir sebagai peserta, keempatnya juga ditunjuk sebagai Brand Ambassador (BA) atau Duta Acara oleh panitia penyelenggara.
“Tugas kami bukan hanya menyampaikan pandangan Indonesia soal isu global, tapi juga mempromosikan semangat partisipasi mahasiswa dunia dalam konferensi ini,” kata Robith Marzuban, Selasa (21/10/2025).
Dalam forum tersebut, delegasi Indonesia aktif membahas dua topik utama, yakni integrasi etika lingkungan dan peran kecerdasan buatan (AI) dalam mitigasi bencana.
Menurut Robith, teknologi mutakhir seperti AI berpotensi menjadi solusi terhadap masalah lingkungan global yang semakin kompleks.
“Isu yang kami dorong adalah bagaimana AI dapat menjadi jawaban fundamental dalam menanggulangi bencana lingkungan,” ujarnya.
Selain diskusi panel, peserta juga mengikuti simulasi diplomatik, pelatihan CSR dan ESG, serta lokakarya bertajuk “The Palaver Tree” dan “Un jour je me suis choisi” bersama motivator internasional Michael Vincent.
Keysa Amalia Rizqina mengaku mendapat pelajaran berharga dari sesi tersebut. “Pesan yang saya ingat, perubahan sejati dimulai dari keberanian untuk memilih diri sendiri,” katanya.
Bagi para mahasiswa diaspora Indonesia, konferensi ADL menjadi ruang pembelajaran penting. Mereka tidak hanya memperdalam kemampuan diplomasi, tetapi juga memperkenalkan karakter bangsa Indonesia di kancah global.
“Sebagai mahasiswa diaspora, kita harus bisa menjadi wajah Indonesia di dunia. Forum ini membuktikan bahwa pemuda Indonesia siap berkontribusi nyata bagi perdamaian dan keberlanjutan dunia,” tegas Robith.
Keterlibatan mahasiswa Indonesia di forum diplomasi Afrika ini menunjukkan bahwa peran diplomasi kini tidak hanya dijalankan oleh pemerintah. Generasi muda pun mulai mengambil peran strategis dalam membangun citra dan posisi Indonesia di mata dunia. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Mahasiswa Indonesia di Tunisia Jadi Duta Muda dalam Konferensi Diplomasi Afrika 2025
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Ronny Wicaksono |